Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Kue Kacang

      Hari begitu cerah pagi itu. Matahari telah mengintip dari ufuk timur.  Angin pagi bertiup di pepohonan.  Gemercik air begitu indah terdengar di telinga.  Ayam berkokok bersahut-sahutan sejak subuh tadi. Suasana di pedesaan sungguh sangat membuatku tenang. Jauh dari suara kendaraan dan keramaian yang setiap hari berlalu lalang.  Sungguh, benar-benar indah alam ciptaan Tuhan.  Aku juga terkadang heran, mengapa manusia begitu tega untuk merusak alam. Seperti menebang pohon dan membuang sampah sembarangan sesuai yang seenak yang mereka kehendaki. Padahal jika kerusakan telah terjadi, mereka tidak mau disalahkan sedikitpun.       Hatiku begitu perih mengetaui hal tersebut. Terkadang aku berfikir, bagaimana caranya untuk mewujudkan keindahan dan kesejukan di kota metropolitan agar bisa seperti desa yang sedang kusinggahi sekarang ini.  Tetapi, apa daya, aku sekarang hanyalah seorang anak berumur 14 tahun...

Percaya

Tuuuttt....  Suara deru kereta kian terdengar jelas di telinga. Entah sudah seberapa sering aku melakukan hal ini. Tapi, kewajibanku akan dirimu tak akan pernah memudar termakan oleh waktu. Terkadang, akupun merasa takut jika apa yang dikatakan orang-orang itu benar. Bahwa kau telah meninggalkanku sendirian di sini untuk selamanya, dengan menitipkan harapan yang tak mungkin bisa terwujud. Dulu kau pernah melakukan hal yang sama. Pergi begitu lama. Namun, kau tetap menepati janjimu untuk kembali. Tetapi, kenapa sekarang tidak? Dimana janjI'm itu? "Diya!! "panggil seseorang di belakangku. "Ayo, Diya. Sekarang kau harus pulang. Hari sudah semakin larut. Nanti kau bisa sakit" kata Dimas, kakakku.       Aku hanya diam dan menuruti semua perkataan kakakku itu. Tapi kesedihan dan air mata tidak bisa kubendung, setiap kali aku melangkahkan kaki meninggalkan stasiun itu. Membawa janji-janji yang pernah diucapkan olehnya. "Diya, kau tidak bisa seperti ini ter...