Skip to main content

Posts

The latest

Catatan Kecil : Goresan Asa

#1 Jeritan yang tak pernah terdengar Menggema kian lantang Melantunkan letupan setiap luka Berusaha menyembunyikan dirinya sendiri? Namun luka itupun tak kunjung mengering Karena luka lama kian bertambah parah Ditumpuk oleh luka baru Naas   #2 Yang dianggap akhir tak melulu benar menjadi akhir Terkadang perspektiflah yang membuat suatu kekeliran Mungkin itu hanya penjelmaan awal dalam rupa akhir   #3 Tatkala menghadap refleksi di hadapan Kulihat sosok yang sama Tetapi sangat jarang ketemui Saat kutanya siapa Dia Dia malah mempertanyakan hal yang sama Lalu, Mana yang nyata Dia atau Aku? Tangan melambai, Dia mengikuti Kaki melangkah, Dia mengikuti Setiap pergerakanku, Dia mengikuti Kutatap lekat netranya Sama Satu kata yang terlintas dalam benakku #4 Bukan Putih atau Hitam Abu lebih memilih untuk berdiri sendiri Hal ini bukan tentang keegoisan ataupun ketidak percayadirian sebab tak mampu memutuskan kepada siapa Ia berp...
Recent posts

Asa Ku

Dia Adalah bayang yang tak lekang oleh masa Walau sejatinya jiwa tak selamanya kekal Namun guratan senyum kian merekat erat dalam akal Terpatri di bingkai rupawan Tak termakan waktu walau lama terpajang memang kini tak mampu kulihat secara berhadapan Tapi Dia kan selalu ada dalam samudra kasih sayang Mengalir deras mengikuti alur kehidupan  Dia Memang hanya dia yang ada dalam sanubari  Tak mampu ku gantikan walau iming-iming dunia kian menghampiri Berharap dapat bersua kembali Di kehidupan yang kekal abadi 25 Oktober 2021 N.A

Doa Sebilah Pisau Dapur

            Aku hanya bisa diam melihat dan menerima perlakuan mereka. Mereka yang terus menunjukku dengan telunjuk mereka. Memandang dengan tatapan marah. Seolah apa yang telah kuperbuat adalah luar biasa fatal. Menghakimiku atas apa yang terjadi. Padahal, aku melakukannya juga bukan atas kehendakku. “Kau sungguh kejam! Bagaimana kau bisa melakukan hal itu pada seorang kakek yang tidak berdosa?” kata salah seorang yang melihat. “Benar! Tidak adakah sedikit nurani dalam hatimu?” tambah yang lain. “Sudah! Harap tenang semua!” kata hakim ketua. “Tidakkah kau merasa bersalah atas apa yang telah kau lakukan?” “Katakanlah sesuatu, barangkali itu bisa meringankan hukumanmu!” tambah hakim ketua. Aku terus diam. Karena aku tahu, apapun yang keluar dari mulutku hanya dianggap lelucon oleh mereka. Aku hanya dijadikan alat untuk merenggut nyawa orang lain secara paksa. Namun, setelah semua itu terbongkar, mereka melimpahkan semua kesalahannya padaku. ...

Salam Rindu

Dalam bisu ku menanti Sebuah harapan yang tak pasti Sudah cukup hati ini Memendam rasa yang tak berarti   Mata yang tak lagi berseri Menunggu datangnya hari Tak terucap lagi di bibir ini Sebuah kata yang mewakili   Sebuah rasa yang tlah pergi Meninggalkan luka yang tak terobati Bagaimana diri ini Mengubah situasi yang tak dipahami   Sudah cukup sampai disini Hati tak lagi mencari Sudah cukup sampai disini Hati berhenti tuk meratapi   3 Desember 2020 N.A  

Fajar Itu

Fajar memang rupawan Fajar memang menawan Fajar memang berkesan   Ingatkah kau… Angin berbisik membawa pesan perdamaian Debur ombak pengingat akan perjuangan Bumi dan langit tak menjadi penghalang Meski gunung menjulang mengahadang   Ingatkah kau… Tekadmu sekeras baja Memecahkan dinding yang merajalela Meski pagar berduri menjadi peutup jua Tak mematahkan jiwa yang kuasa   Suara hati memang tak bisa berdusta Kau berjuang demi bangsa dan negara Kau hadir sebagai cahaya dalam gulita Meski pedang belati menikam dada   Wahai jiwa yang bersahaja Kau telah membuat kami ada Dengan semangat yang kau bawa Kami kan selalu menjaganya   Peluh deras membasahi dahi Kau tetap berjalan menghadap matahari Menaruh harapan tinggi bagi kami Meski kini kaki tak lagi menapak bumi   Duri kecil tak kan membuat kami lupa Kan gelora memperjuangkan martabat negeri Indahnya langit hasil perjuangan diri Membuat lukis...

Halu

A ku hanya bisa mengharapkanmu dalam diam M emimpikanmu dalam khayal D an memilikimu dalam angan T ak  ada keberanian saat bertemu R asa suka yang kusembunyikan dalam canda T erus mengikatku tak terelakkan E ntah kau bisa menangkapnya atau tidak T iga tahun dipertemukan A ku hanya bisa memandangmu dari jauh B erharap kau pun menyadarinya K uguratkan senyum dalam amarah K usembunyikan peduli dalam acuh A ku selalu menginginkan bertemu dengan mu lagi, lagi, dan lagi S ebelum kupejamkan mata K uberdoa pada Tuhan A gar mengijinkanku tuk bertemu dengan mu kembali W alau dalam mimpi, N amun aku harus bangun dengan kekecewaan K arena kau pun enggan tuk singgah dalam mimpiku T akdir apa ini M engapa Tuhan mempertemukan kita N amun enggan tuk menyatukannya 12 September 2020 N.A

Keripik Bayam

          Dinginnya rembulan kian tergantikan dengan hangatnya mentari. Raja siang mulai   menampakkan wajahnya, tak satupun yang ada di dunia ini mampu menandingi keperkasaannya. Bau seperti belerang masih tercium di sana-sini. Tanah panas, yang tak diguyur hujan berhari-hari, kini mulai dingin kembali. Karena sang hujan bersedia mampir di desaku walau hanya sejenak. Namun cukup membuat kerisauan dalam hati mereda. Jangankan untuk mengairi sawah dan ladang, untuk mandi dan cuci saja kami masih kerepotan. Air yang tak seberapa, kami cukupkan untuk bertahan hidup. Kadang kala kami harus membeli hanya untuk membasahi kerongkongan yang kian mengering. Walau hanya sekali dalam sehari, kami cukupkan untuk mandi. Kesehatan dan kebersihan tetap menjadi prioritas. Tuhan selalu tahu kerisauan hamba-hamba-Nya. Sumur yang dibangun tiga tahun lalu secara swadaya, menjadi urat nadi di desaku saat musim kemarau tiba. Sungguh keberkahan bagi desa, karena air dala...